Islam Nusantara : Serapan Islam Terbaik untuk Indonesia

Islam Nusantara : Serapan Islam Dari Rasulullah Hingga Ulama - Ulama Terdahulu Khusus Untuk Indonesia.

Orang NU Wajib Baca
tapi harus nyantai panjang banget

===============================

Alhamdulillah, akhir-akhir ini orang merasakan manfaatnya Nahdlatul Ulama (NU). Dulu, orang yang paling bahagia, paling sering merasakan berkahnya NU adalah keluarga orang yang sudah meninggal : setiap hari dikirimi doa dan tumpeng.

Hari ini begitu dunia dilanda kekacauan, ketika Dunia Islam galau: di Afganistan perang sesama Islam, di Suriah perang sesama Islam, di Irak, perang sesama Islam. Semua ingin tahu, ketika semua sudah jebol, kok ada yang masih utuh: Islam di Indonesia.

Akhirnya semua ingin kesini, seperti apa Islam di Indonesia kok masih utuh. Akhirnya semua sepakat: utuhnya Islam di Indonesia itu karena memiliki jamiyyah NU. Akhirnya semua pingin tahu NU itu seperti apa.

Ternyata, jaman dulu ada orang Belanda yang sudah menceritakan santri NU,  namanya Christia Snouck Hurgronje. Dia ini hafal Alquran, Sahih Bukhori, Sahih Muslim, Alfiyyah Ibnu Malik, Fathul Mu’in , tapi tidak islam, sebab tugasnya menghancurkan Islam Indonesia.

Mengapa? Karena Islam Indonesia selalu melawan Belanda. Sultan Hasanuddin, santri. Pangeran Diponegoro atau Mbah Abdul Hamid, santri. Sultan Agung, santri. Mbah Zaenal Mustofa, santri. Semua santri kok melawan Belanda.

Akhirnya ada orang belajar secara khusus tentang Islam, untuk mencari rahasia bagaimana caranya Islam Indonesia ini remuk. Snouck Hurgronje masuk ke Indonesia dengan menyamar namanya Syekh Abdul Ghaffar. Dia belajar Islam, menghafalkan Alquran dan Hadis di Arab. Maka akhirnya paham betul Islam.

Hanya saja begitu ke Indonesia, Snouck Hurgronje bingung: mencari Islam dengan wajah Islam, tidak ketemu. Ternyata Islam yang dibayangkan dan dipelajari Snouck Hurgronje itu tidak ada.

Mencari Allah disini tidak ketemu, ketemunya Pangeran. Ketemunya Gusti. Padahal ada pangeran namanya Pangeran Diponegoro. Ada Gusti namanya Gusti Kanjeng. Mencari istilah shalat tidak ketemu, ketemunya sembahyang. Mencari syaikhun, ustadzun , tidak ketemu, ketemunya kiai. Padahal ada nama kerbau namanya kiai slamet. Mencari mushalla tidak ketemu, ketemunya langgar.

Maka, ketika Snouck Hurgronje bingung, dia dibantu Van Der Plas. Ia menyamar dengan nama Syekh Abdurrahman. Mereka memulai dengan belajar bahasa Jawa. Karena ketika masuk Indonesia, mereka sudah bisa bahasa Indonesia, bahasa Melayu, tapi tidak bisa bahasa Jawa.

Begitu belajar bahasa Jawa, mereka bingung, strees. Orang disini makanannya nasi (sego).  Snouck Hurgronje dan Van Der Plas tahu bahasa beras itu, bahasa inggrisnya rice, bahasa arabnya ar-ruz .

Yang disebut ruz, ketika di sawah, namanya pari, padi. Disana masih ruz, rice. Begitu padi dipanen, namanya ulen-ulen, ulenan. Disana masih ruz, rice. Jadi ilmunya sudah mulai kucluk , korslet.

Begitu ditutu, ditumbuk, digiling, mereka masih mahami ruz, rice , padahal disini sudah dinamai gabah. Begitu dibuka, disini namanya beras, disana masih ruz, rice . Begitu bukanya cuil, disini namanya menir, disana masih ruz, rice. Begitu dimasak, disini sudah dinamai sego , nasi, disana masih ruz, rice.

Begitu diambil cicak satu, disini namanya
upa, disana namanya masih ruz, rice. Begitu dibungkus daun pisang, disini namanya lontong, sana masih ruz, rice. Begitu dibungkus janur kuning namanya ketupat, sana masih ruz, rice. Ketika diaduk dan hancur, lembut, disini namanya bubur, sana namanya masih ruz, rice.

Inilah bangsa aneh, yang membuat Snouck Hurgronje judeg, pusing.

Mempelajari Islam Indonesia tidak paham, akhirnya mencirikan Islam Indonesia dengan tiga hal. Pertama, kethune miring sarunge nglinting (berkopiah miring dan bersarung ngelinting). Kedua, mambu rokok (bau rokok). Ketiga, tangane gudigen (tangannya berpenyakit kulit).

Cuma tiga hal itu catatan (pencirian Islam Indonesia) Snouck Hurgronje di Perpustakaan Leiden, Belanda. Tidak pernah ada cerita apa-apa, yang lain sudah biasa. Maka, jangankan  Snouck Hurgronje, orang Indonesia saja kadang tidak paham dengan Islam Indonesia, karena kelamaan di tanah Arab.

Lihat tetangga pujian, karena tidak paham, bilang bid’ah . Melihat tetangga menyembelih ayam untuk tumpengan, dibilang bid’ah. Padahal itu produk Islam Indonesia. Kelamaan diluar Indonesia, jadi tidak paham. Masuk kesini sudah kemlinthi, sok-sokan, memanggil Nabi dengan sebutan “Muhammad” (saja). Padahal, disini, tukang bakso saja dipanggil “Mas”. Padahal orang Jawa nyebutnya Kanjeng Nabi.

Lha , akhir-akhir ini semakin banyak yang tidak paham Islam Indonesia. Kenapa? Karena Islam Indonesia keluar dari rumus-rumus Islam dunia, Islam pada umumnya. Kenapa? Karena Islam Indonesia ini saripati (essensi) Islam yang paling baik yang ada di dunia.

Kenapa? Karena Islam tumbuhnya tidak disini, tetapi di Arab. Rasulullah orang Arab. Bahasanya bahasa Arab. Yang dimakan juga makanan Arab. Budayanya budaya Arab. Kemudian Islam datang kesini, ke Indonesia.

Kalau Islam masuk ke Afrika itu mudah, tidak sulit, karena waktu itu peradaban mereka masih belum maju, belum terdidik. Orang belum terdidik itu mudah dijajah. Seperti pilkada, misalnya, diberi Rp 20.000 atau mie instan sebungkus, beres. Kalau mengajak orang berpendidikan, sulit, dikasih uang Rp 10 juta belum tentu mau.

Islam datang ke Eropa juga dalam keadaan terpuruk. Tetapi Islam datang kesini, mikir-mikir dulu, karena bangsa di Nusantara ini sedang kuat-kuatnya. Bangsa anda sekalian ini bukan bangsa kecoak. Ini karena ketika itu sedang ada dalam kekuasaan negara terkuat yang menguasai 2/3 dunia, namanya Majapahit.

Majapahit ini bukan negara sembarangan. Universitas terbesar di dunia ada di Majapahit, namanya Nalanda. Hukum politik terbaik dunia yang menjadi rujukan adanya di Indonesia, waktu itu ada di Jawa, kitabnya bernama Negarakertagama. Hukum sosial terbaik ada di Jawa, namanya Sutasoma. Bangsa ini tidak bisa ditipu, karena orangnya pintar-pintar dan kaya-raya.

Cerita surga di Jawa itu tidak laku. Surga itu (dalam penggambaran Alquran): tajri min tahtihal anhaar (airnya mengalir), seperti kali. Kata orang disini: “mencari air kok sampai surga segala? Disini itu, sawah semua airnya mengalir.” Artinya, pasti bukan itu yang diceritakan para ulama penyebar Islam. Cerita surga tentang buahnya banyak juga tidak, karena disini juga banyak buah. Artinya dakwah disini tidak mudah.

Diceritain pangeran, orang Jawa sudah punya Sanghyang Widhi. Diceritain Ka’bah orang jawa juga sudah punya stupa: sama-sama batunya dan tengahnya sama berlubangnya. Dijelaskan menggunakan tugu Jabal Rahmah, orang Jawa punya Lingga Yoni.

Dijelaskan memakai hari raya kurban, orang Jawa punya peringatan hari raya kedri. Sudah lengkap. Islam datang membawa harta-benda, orang Jawa juga tidak doyan. Kenapa? Orang Jawa pada waktu itu beragama hindu. Hindu itu berprinsip yang boleh bicara agama adalah orang Brahmana, kasta yang sudah tidak membicarakan dunia.

Dibawah Brahmana ada kasta Ksatria, seperti kalau sekarang Gubernur atau Bupati. Ini juga tidak boleh bicara agama, karena masih ngurusin dunia. Dibawah itu ada kasta namanya Wesya (Waisya), kastanya pegawai negeri. Kasta ini tidak boleh bicara agama.

Di bawah itu ada petani, pedagang dan saudagar, ini kastanya Sudra . Kasta ini juga tidak boleh bicara agama. Jadi kalau ada cerita Islam dibawa oleh para saudagar, tidak bisa dterima akal. Secara teori ilmu pengetahuan ditolak, karena saudagar itu Sudra dan Sudra tidak boleh bicara soal agama.

Yang cerita Islam dibawa saudagar ini karena saking judeg-nya, bingungnya memahami Islam di Indonesia. Dibawahnya ada kasta paria, yang hidup dengan meminta-minta, mengemis. Dibawah Paria ada pencopet, namanya kasta Tucca. Dibawah Tucca ada maling, pencuri, namanya kasta Mlecca. Dibawahnya lagi ada begal, perampok, namanya kasta Candala.

Anak-anak muda NU harus tahu. Itu semua nantinya terkait dengan Nahdlatul Ulama. Akhirnya para ulama kepingin, ada tempat begitu bagusnya, mencoba diislamkan. Ulama-ulama dikirim ke sini.

Namun mereka menghadapi masalah, karena orang-orang disini mau memakan manusia. Namanya aliran Bhirawa. Munculnya dari Syiwa. Mengapa ganti Syiwa, karena Hindu Brahma bermasalah. Hindu Brahma, orang Jawa bisa melakukan tetapi matinya sulit. Sebab orang Brahma matinya harus moksa atau murco.

Untuk moksa harus melakukan upawasa. Upawasa itu tidak makan, tidak minum, tidak ngumpulin istri, kemudian badannya menyusut menjadi kecil dan menghilang. Kadang ada yang sudah menyusut menjadi kecil, tidak bisa hilang, gagal moksa, karena teringat kambingnya, hartanya. Lha ini terus menjadi jenglot atau batara karang.

Jika anda menemukan jenglot ini, jangan dijual mahal karena itu produk gagal moksa. Pada akhirnya, ada yang mencari ilmu yang lebih mudah, namanya ilmu ngrogoh sukmo . Supaya bisa mendapat ilmu ini, mencari ajar dari Kali. Kali itu dari Durga. Durga itu dari Syiwa, mengajarkan Pancamakara.

Supaya bisa ngrogoh sukmo, semua sahwat badan dikenyangi, laki-laki perempuan melingkar telanjang, menghadap arak dan ingkung daging manusia. Supaya syahwat bawah perut tenang, dikenyangi dengan seks bebas. Sisa-sisanya sekarang ada di Gunung Kemukus.

Supaya perut tenang, makan tumpeng. Supaya pikiran tenang, tidak banyak pikiran, minum arak. Agar ketika sukma keluar dari badan, badan tidak bergerak, makan daging manusia. Maka jangan heran kalau muncul orang-orang macam Sumanto.

Ketika sudah pada bisa ngrogoh sukmo, ketika sukmanya pergi di ajak mencuri namanya
ngepet . Sukmanya pergi diajak membunuh manusia namanya santet. Ketika sukmanya diajak pergi diajak mencintai wanita namanya pelet. Maka kemudian di Jawa tumbuh ilmu santet, pelet dan ngepet.

Ada 1.500 ulama yang dipimpin Sayyid Aliyudin habis di-ingkung oleh orang Jawa pengamal Ngrogoh Sukma. Untuk menghindari pembunuhan lagi, maka Khalifah Turki Utsmani mengirim kembali tentara ulama dari Iran, yang tidak bisa dimakan orang Jawa.

Nama ulama itu Sayyid Syamsuddin Albaqir Alfarsi. Karena lidah orang Jawa sulit menyebutnya, kemudian di Jawa terkenal dengan sebutan Syekh Subakir. Di Jawa ini di duduki bala tentara Syekh Subakir, kemudian mereka diusir.

Ada yang lari ke Pantai Selatan, Karang Bolong, Srandil Cicalap, Pelabuhan Ratu, dan Banten. Di namai Banten, di ambil dari bahasa Sansekerta, artinya Tumbal. Yang lari ke timur, naik Gunung Lawu, Gunung Kawi, Alas Purwo Banyuwangi (Blambangan). Disana mereka dipimpin Menak Sembuyu dan Bajul Sengoro.

Karena Syekh Subakir sepuh, maka pasukannya dilanjutkan kedua muridnya namanya Mbah Ishak (Maulana Ishak) dan Mbah Brahim (Ibrahim Asmoroqondi). Mereka melanjutkan pengejaran. Menak Sembuyu menyerah, anak perempuannya bernama Dewi Sekardadu dinikahi Mbah Ishak, melahirkan Raden Ainul Yaqin Sunan Giri yang dimakamkan di Gresik.

Sebagian lari ke Bali, sebagian lari ke Kediri, menyembah Patung Totok Kerot, diuber Sunan Bonang, akhirnya menyerah. Setelah menyerah, melingkarnya tetap dibiarkan tetapi jangan telanjang, arak diganti air biasa, ingkung manusia diganti ayam, matra ngrogoh sukmo diganti kalimat tauhid; laailaahaillallah. Maka kita punya adat tumpengan.

Kalau ada orang banyak komentar mem-bid’ah -kan, ceritakanlah ini. Kalau ngeyel, didatangi: tabok mulutnya. Ini perlu diruntutkan, karena NU termasuk yang masih mengurusi beginian.

Habis itu dikirim ulama yang khusus mengajar ngaji, namanya Sayyid Jamaluddin al-Husaini al-Kabir. Mendarat di Semarang dan menetap di daerah Merapi. Orang Jawa sulit mengucapkan, maka menyebutnya Syekh Jumadil Kubro.

Disana dia punya murid namanya Syamsuddin, pindah ke Jawa Barat, membuat pesantren puro di daerah Karawang. Punya murid bernama Datuk Kahfi, pindah ke Amparan Jati, Cirebon. Punya murid Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati. Inilah yang bertugas mengislamkan Padjajaran. Maka kemudian ada Rara Santang, Kian Santang dan Walangsungsang.

Nah , Syekh Jumadil Kubro punya putra punya anak bernama Maulana Ishak dan Ibrahim Asmoroqondi, bapaknya Walisongo. Mbah Ishak melahirkan Sunan Giri. Mbah Ibrahim punya anak Sunan Ampel. Inilah yang bertugas mengislamkan Majapahit.

Mengislamkan Majapahit itu tidak mudah. Majapahit orangnya pinter-pinter. Majapahit Hindu, sedangkan Sunan Ampel Islam. Ibarat sawah ditanami padi, kok malah ditanami pisang. Kalau anda begitu, pohon pisang anda bisa ditebang.

Sunan Ampel berpikir bagaimana caranya? Akhirnya beliau mendapat petunjuk ayat Alquran. Dalam surat Al-Fath, 48:29 disebutkan : ".... masaluhum fit tawrat wa masaluhum fil injil ka zar’in ahraja sat’ahu fa azarahu fastagladza fastawa ‘ala sukıhi yu’jibuz zurraa, li yagidza bihimul kuffar………”

Artinya: “…………Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin)……………”

Islam itu seperti tanaman yang memiliki anak-anaknya, kemudian hamil, kemudian berbuah, ibu dan anaknya bersama memenuhi pasar, menakuti orang kafir. Tanaman apa yang keluar anaknya dulu baru kemudian ibunya hamil? Jawabannya adalah padi.

Maka kemudian Sunan Ampel dalam menanam Islam seperti menanam padi. Kalau menanam padi tidak di atas tanah, tetapi dibawah tanah, kalau diatas tanah nanti dipatok ayam, dimakan tikus.

Mau menanam Allah, disini sudah ada istilah pangeran. Mau menanam shalat, disini sudah ada istilah sembahyang. Mau menanam syaikhun, ustadzun, disini sudah ada kiai. Menanam tilmidzun, muridun , disini sudah ada shastri, kemudian dinamani santri. Inilah ulama dulu, menanamnya tidak kelihatan.

Menanamnya pelan-pelan, sedikit demi sedikit: kalimat syahadat, jadi kalimasada. Syahadatain, jadi sekaten. Mushalla, jadi langgar. Sampai itu jadi bahasa masyarakat. Yang paling sulit mememberi pengertian orang Jawa tentang mati.

Kalau Hindu kan ada reinkarnasi. Kalau dalam Islam, mati ya mati (tidak kembali ke dunia). Ini paling sulit, butuh strategi kebudayaan. Ini pekerjaan paling revolusioner waktu itu. Tidak main-main, karena ini prinsip. Prinsip inna lillahi wa inna ilaihi rajiun berhadapan dengan reinkarnasi. Bagaimana caranya?

Oleh Sunan Ampel, inna lillahi wa inna ilaihi rajiun kemudian di-Jawa-kan: Ojo Lali Sangkan Paraning Dumadi.

Setelah lama diamati oleh Sunan Ampel, ternyata orang Jawa suka tembang, nembang, nyanyi. Beliau kemudian mengambil pilihan: mengajarkan hal yang sulit itu dengan tembang. Orang Jawa memang begitu, mudah hafal dengan tembang.

Orang Jawa, kehilangan istri saja tidak lapor polisi, tapi nyanyi: ndang baliyo, Sri, ndang baliyo . Lihat lintang, nyanyi: yen ing tawang ono lintang, cah ayu. Lihat bebek, nyanyi: bebek adus kali nyucuki sabun wangi. Lihat enthok: menthok, menthok, tak kandhani, mung rupamu. Orang Jawa suka nyanyi, itulah yang jadi pelajaran. Bahkan, lihat silit (pantat) saja nyanyi: … ndemok silit, gudighen.

Maka akhirnya, sesuatu yang paling sulit, berat, itu ditembangkan. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun diwujudkan dalam bentuk tembang bernama Macapat . Apa artinya Macapat? Bahwa orang hidup harus bisa membaca perkara Empat.

Keempat perkara itu adalah teman nyawa yang berada dalam raga ketika turun di dunia. Nyawa itu produk akhirat. Kalau raga produk dunia. Produk dunia makanannya dunia, seperti makan. Yang dimakan, sampah padatnya keluar lewat pintu belakang, yang cair keluar lewat pintu depan.

Ada sari makanan yang disimpan, namanya mani (sperma). Kalau mani ini penuh, bapak akan mencari ibu, ibu mencari bapak, kemudian dicampur dan dititipkan di rahim ibu. Tiga bulan jadi segumpal darah, empat bulan jadi segumpal daging. Inilah produk dunia.

Begitu jadi segumpal daging, nyawa dipanggil. “Dul, turun ya,”. “Iya, Ya Allah”. “Alastu birabbikum?” (apakah kamu lupa kalau aku Tuhanmu?). “Qalu balaa sahidnya,” (Iya Ya Allah, saya jadi saksi-Mu), jawab sang nyawa,. ”fanfuhur ruuh” (maka ditiupkanlah ruh itu ke daging). Maka daging itu menjadi hidup. Kalau tidak ditiup nyawa, tidak hidup daging ini. (lihat, a.l.: Q.S. Al-A’raf, 7:172, As-Sajdah: 7 -10, Al-Mu’min: 67, ed. )

Kemudian, setelah sembilan bulan, ruh itu keluar dengan bungkusnya, yaitu jasad. Adapun jasadnya sesuai dengan orang tuanya: kalau orang tuanya pesek anaknya ya pesek; orang tuanya hidungnya mancung anaknya ya mancung; orang tuanya hitam anaknya ya hitam; kalau orang tuanya ganteng dan cantik, lahirnya ya cantik dan ganteng.

Itu disebut Tembang Mocopat: orang hidup harus membaca perkara empat. Keempat itu adalah teman nyawa yang menyertai manusia ke dunia, ada di dalam jasad. Nyawa itu ditemani empat: dua adalah Iblis yang bertugas menyesatkan, dan dua malaikat yang bertugas nggandoli, menahan. Jin qarin dan hafadzah.

Itu oleh Sunan Ampel disebut Dulur Papat Limo Pancer. Ini metode mengajar. Maka pancer ini kalau mau butuh apa-apa bisa memapakai dulur tengen (teman kanan) atau dulur kiwo (teman kiri). Kalau pancer kok ingin istri cantik, memakai jalan kanan, yang di baca Ya Rahmanu Ya Rahimu tujuh hari di masjid, yang wanita nantinya juga akan cinta.

Tidak mau dulur tengen, ya memakai yang kiri, yang dibaca aji-aji Jaran Goyang, ya si wanita jadinya cinta, sama saja. Kepingin perkasa, kalau memakai kanan yang dipakai kalimah La haula wala quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adzim . Tak mau yang kanan ya memakai yang kiri, yang dibaca aji-aji Bondowoso, kemudian bisa perkasa.

Mau kaya kalau memakai jalan kanan ya shalat dhuha dan membaca Ya Fattaahu Ya Razzaaqu , kaya. Kalau tidak mau jalan kanan ya jalan kiri, membawa kambing kendhit naik ke gunung kawi, nanti pulang kaya.

Maka, kiai dengan dukun itu sama; sama hebatnya kalau tirakatnya kuat. Kiai yang ‘alim dengan dukun yang tak pernah mandi, jika sama tirakatnya, ya sama saktinya: sama-sama bisa mencari barang hilang. Sama terangnya. Bedanya: satu terangnya lampu dan satunya terang rumah terbakar.

Satu mencari ayam dengan lampu senter, ayamnya ketemu dan senternya utuh; sedangkan yang satu mencari dengan blarak (daun kelapa kering yang dibakar), ayamnya ketemu, hanya blarak-nya habis terbakar. Itu bedanya nur dengan nar.

Maka manusia ini jalannya dijalankan seperti tembang yang awalan, Maskumambang: kemambange nyowo medun ngalam ndunyo , sabut ngapati, mitoni , ini rohaninya, jasmaninya ketika dipasrahkan bidan untuk imunisasi.

Maka menurut NU ada ngapati, mitoni,
karena itu turunnya nyawa. Setelah Maskumambang, manusia mengalami tembang Mijil. Bakal Mijil : lahir laki-laki dan perempuan. Kalau lahir laki-laki aqiqahnya kambing dua, kalau lahir perempuan aqiqahnya kambing satu.

Setelah Mijil, tembangnya Kinanti. Anak-anak kecil itu, bekalilah dengan agama, dengan akhlak. Tidak mau ngaji, pukul. Masukkan ke TPQ, ke Raudlatul Athfal (RA). Waktunya ngaji kok tidak mau ngaji, malah main layangan, potong saja benangnya. Waktu ngaji kok malah mancing, potong saja kailnya.

Anak Kinanti ini waktunya sekolah dan ngaji. Dibekali dengan agama, akhlak. Kalau tidak, nanti keburu masuk tembang Sinom: bakal menjadi anak muda (cah enom), sudah mulai ndablek, bandel.

Apalagi, setelah Sinom, tembangnya asmorodono , mulai jatuh cinta. Tai kucing serasa coklat. Tidak bisa di nasehati. Setelah itu manusia disusul tembang Gambuh , laki-laki dan perempuan bakal membangun rumah tangga, rabi, menikah.

Setelah Gambuh, adalah tembang Dhandanggula. Merasakan manis dan pahitnya kehidupan. Setelah Dhandanggula , menurut Mbah Sunan Ampel, manusia mengalami tembang Dhurma.

Dhurma itu: darma bakti hidupmu itu apa? Kalau pohon mangga setelah berbuah bisa untuk makanan codot, kalau pisang berbuah bisa untuk makanan burung, lha buah-mu itu apa? Tenagamu mana? Hartamu mana? Ilmumu mana yang didarmabaktikan untuk orang lain?

Khairunnas anfa’uhum linnas , sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk manusia lainnya. Sebab, kalau sudah di Dhurma tapi tidak darma bakti, kesusul tembang Pangkur.

Anak manusia yang sudah memunggungi dunia: gigi sudah copot, kaki sudah linu. Ini harus sudah masuk masjid. Kalau tidak segera masuk masjid kesusul tembang Megatruh : megat, memutus raga beserta sukmanya. Mati.

Terakhir sekali, tembangnya Pucung. Lha ini, kalau Hindu reinkarnasi, kalau Islam Pucung . Manusia di pocong. Sluku-sluku Bathok, dimasukkan pintu kecil. Makanya orang tua (dalam Jawa) dinamai buyut, maksudnya : siap-siap mlebu lawang ciut (siap-siap masuk pintu kecil).

Adakah yang mengajar sebaik itu di dunia?
Kalau sudah masuk pintu kecil, ditanya Malaikat Munkar dan Nankir. Akhirnya itu, yang satu reinkarnasi, yang satu buyut . Ditanya: “Man rabbuka?” , dijawab: “Awwloh,”. Ingin disaduk Malaikat Mungkar – Nakir apa karena tidak bisa mengucapkan Allah.

Ketika ingin disaduk, Malaikat Rakib buru-buru menghentikan: “Jangan disiksa, ini lidah Jawa”. Tidak punya alif, ba, ta, punyanya ha, na, ca, ra, ka . “Apa sudah mau ngaji?”kata Mungkar – Nakir. “Sudah, ini ada catatanya, NU juga ikut, namun belum bisa sudah meninggal”. “Yasudah, meninggalnya orang yang sedang belajar, mengaji, meninggal yang dimaafkan oleh Allah.”

Maka, seperti itu belajar. Kalau tidak mau belajar, ditanya, “Man rabbuka?” , menjawab, “Ha……..???”. langsung dipukul kepalanya:”Plaakkk!!”. Di- canggah lehernya oleh malaikat. Kemudian jadi wareng , takut melihat akhirat, masukkan ke neraka, di- udek oleh malaikat, di-gantung seperti siwur, iwir-iwir, dipukuli modal-madil seperti tarangan bodhol , ajur mumur seperti gedhebok bosok.

Maka, pangkat manusia, menurut Sunan Ampel: anak – bapak – simbah – mbah buyut – canggah – wareng – udek-udek – gantung siwur – tarangan bodol – gedhebok bosok. Lho, dipikir ini ajaran Hindu. Kalau seperti ini ada yang bilang ajaran Hindu, kesini, saya tabok mulutnya!

Begitu tembang ini jadi, kata Mbah Bonang, masa nyanyian tidak ada musiknya. Maka dibuatkanlah gamelan, yang bunyinya Slendro Pelok : nang ning nang nong, nang ning nang nong, ndang ndang, ndang ndang, gung . Nang ning nang nong: yo nang kene yo nang kono (ya disini ya disana); ya disini ngaji, ya disana mencuri kayu.

Lho, lha ini orang-orang kok. Ya seperti disini ini: kelihatannya disini shalawatan, nanti pulang lihat pantat ya bilang: wow!. Sudah hafal saya, melihat usia-usia kalian. Ini kan kamu pas pakai baju putih. Kalau pas ganti, pakainya paling ya kaos Slank.

Nah, nang ning nang nong, hidup itu ya disini ya disana. Kalau pingin akhiran baik, naik ke ndang ndang, ndang ndang, gung. Ndang balik ke Sanghyang Agung. Fafirru illallaah , kembalilah kepada Allah. Pelan-pelan. Orang sini kadang tidak paham kalau itu buatan Sunan Bonang.

Maka, kemudian, oleh Kanjeng Sunan Kalijaga, dibuatkan tumpeng agar bisa makan. Begitu makan kotor semua, dibasuh dengan tiga air bunga: mawar, kenanga dan kanthil.

Maksudnya: uripmu mawarno-warno, keno ngono keno ngene, ning atimu kudhu kanthil nang Gusti Allah (Hidupmu berwarna-warni, boleh seperti ini seperti itu, tetapi hatimu harus tertaut kepada Allah). Lho , ini piwulang-piwulangnya, belum diajarkan apa-apa. Oleh Sunan Kalijaga, yang belum bisa mengaji, diajari Kidung Rumekso Ing Wengi. Oleh Syekh Siti Jenar, yang belum sembahyang, diajari syahadat saja.

Ketika tanaman ini sudah ditanam, Sunan Ampel kemudian ingin tahu: tanamanku itu sudah tumbuh apa belum? Maka di-cek dengan tembang Lir Ilir, tandurku iki wis sumilir durung? Nek wis sumilir, wis ijo royo-royo, ayo menek blimbing. Blimbing itu ayo shalat. Blimbing itu sanopo lambang shalat.

Disini itu, apa-apa dengan lambang, dengan simbol: kolo-kolo teko , janur gunung. Udan grimis panas-panas , caping gunung. Blimbing itu bergigir lima. Maka, cah angon, ayo menek blimbing . Tidak cah angon ayo memanjat mangga.

Akhirnya ini praktek, shalat. Tapi prakteknya beda. Begitu di ajak shalat, kita beda. Disana, shalat 'imaadudin, lha shalat disini, tanamannya mleyor-mleyor, berayun-ayun.

Disana dipanggil jam setengah duabelas kumpul. Kalau disini dipanggil jam segitu masih disawah, di kebun, angon bebek, masih nyuri kayu. Maka manggilnya pukul setengah dua. Adzanlah muadzin, orang yang adzan. Setelah ditunggu, tunggu, kok tidak datang-datang.

Padahal tugas Imam adalah menunggu makmum. Ditunggu dengan memakai pujian. Rabbana ya rabbaana, rabbana dholamna angfusana , – sambil tolah-toleh, mana ini makmumnya – wainlam taghfirlana, wa tarhamna lanakunanna minal khasirin.

Datang satu, dua, tapi malah merokok di depan masjid. Tidak masuk. Maka oleh Mbah Ampel: Tombo Ati, iku ono limang perkoro….. . Sampai pegal, ya mengobati hati sendiri saja. Sampai sudah lima kali kok tidak datang-datang, maka kemudian ada pujian yang agak galak: di urugi anjang-anjang……. , langsung deh, para ma'mum buruan masuk. Itu tumbuhnya dari situ.

Kemudian, setelah itu shalat. Shalatnya juga tidak sama. Shalat disana, dipanah kakinya tidak terasa, disini beda. Begitu Allahu Akbar , matanya bocor: itu mukenanya berlubang, kupingnya bocor, ting-ting-ting, ada penjual bakso. Hatinya bocor: protes imamnya membaca surat kepanjangan. Nah, ini ditambal oleh para wali, setelah shalat diajak dzikir, laailaahaillallah.

Hari ini, ada yang protes: dzikir kok kepalanya gedek-gedek, geleng-geleng? Padahal kalau sahabat kalau dzikir diam saja. Lho, sahabat kan muridnya nabi. Diam saja hatinya sudah ke Allah. Lha orang sini, di ajak dzikir diam saja, ya malah tidur. Bacaannya dilantunkan dengan keras, agar ma'mum tahu apa yang sedang dibaca imam.

Kemudian, dikenalkanlah nabi. Orang sini tidak kenal nabi, karena nabi ada jauh disana. Kenalnya Gatot Kaca. Maka pelan-pelan dikenalkan nabi. Orang Jawa yang tak bisa bahasa Arab, dikenalkan dengan syair: kanjeng Nabi Muhammad, lahir ono ing Mekkah, dinone senen, rolas mulud tahun gajah.

Inilah cara ulama-ulama dulu kala mengajarkan Islam, agar masyarakat disini kenal dan paham ajaran nabi. Ini karena nabi milik orang banyak (tidak hanya bangsa Arab saja). Wamaa arsalnaaka illa rahmatal lil ‘aalamiin ; Aku (Allah) tidak mengutusmu (Muhammad) kecuali untuk menjadi rahmat bagi alam semesta.

Maka, shalawat itu dikenalkan dengan cara berbeda-beda. Ada yang sukanya shalawat ala Habib Syekh, Habib Luthfi, dll. Jadi jangan heran kalau shalawat itu bermacam-macam. Ini beda dengan wayang yang hanya dimiliki orang Jawa.

Orang kalau tidak tahu Islam Indonesia, pasti bingung. Maka Gus Dur melantunkan shalawat memakai lagu dangdut. Astaghfirullah, rabbal baraaya, astaghfirullah, minal khataaya, ini lagunya Ida Laila: Tuhan pengasih lagi penyayang, tak pilih kasih, tak pandang sayang. Yang mengarang namanya Ahmadi dan Abdul Kadir.

Nama grupnya Awara. Ida Laila ini termasuk Qari’ terbaik dari Gresik. Maka lagunya bagus-bagus dan religius, beda dengan lagu sekarang yang mendengarnya malah bikin kepala pusing. Sistem pembelajaran yang seperti ini, yang dilakukan oleh para wali. Akhirnya orang Jawa mulai paham Islam.

Namun selanjutnya Sultan Trenggono tidak sabaran: menerapkan Islam dengan hukum, tidak dengan budaya. "Urusanmu kan bukan urusan agama, tetapi urusan negara,” kata Sunan Kalijaga. “Untuk urusan agama, mengaji, biarlah saya yang mengajari,” imbuhnya.

Namun Sultan Trenggono terlanjur tidak sabar. Semua yang tidak sesuai dan tidak menerima Islam di uber-uber. Kemudian Sunan Kalijaga memanggil anak-anak kecil dan diajari nyanyian:

Gundul-gundul pacul, gembelengan.
Nyunggi-nyunggi wangkul, petentengan.
Wangkul ngglimpang segane dadi sak latar 2x

Gundul itu kepala. Kepala itu ra’sun. Ra’sun itu pemimpin. Pemimpin itu ketempatan empat hal: mata, hidung, lidah dan telinga. Empat hal itu tidak boleh lepas. Kalau sampai empat ini lepas, bubar.

Mata kok lepas, sudah tidak bisa melihat rakyat. Hidung lepas sudah tidak bisa mencium rakyat. Telinga lepas sudah tidak mendengar rakyat. Lidah lepas sudah tidak bisa menasehati rakyat. Kalau kepala sudah tidak memiliki keempat hal ini, jadinya gembelengan.

Kalau kepala memangku amanah rakyat kok terus gembelengan, menjadikan wangkul ngglimpang, amanahnya kocar-kacir. Apapun jabatannya, jika nanti menyeleweng, tidak usah di demo, nyanyikan saja Gundul-gundul pacul. Inilah cara orang dulu, landai.

Akhirnya semua orang ingin tahu bagaimana cara orang Jawa dalam ber-Islam. Datuk Ribandang, orang Sulawesi, belajar ke Jawa, kepada Sunan Ampel. Pulang ke Sulawesi menyebarkan Islam di Gunung Bawakaraeng, menjadilah cikal bakal Islam di Sulawesi.

Berdirilah kerajaan-kerajaan Islam di penjuru Sulawesi. Khatib Dayan belajar Islam kepada Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga. Ketika kembali ke Kalimantan, mendirikan kerajaan-kerajaan Islam di Kalimantan.

Ario Damar atau Ario Abdillah ke semenanjung Sumatera bagian selatan, menyebarkan dan mendirikan kerajaan-kerajaan di Sumatera.
Kemudian Londo (Belanda) datang. Mereka semua – seluruh kerajaan yang dulu dari Jawa – bersatu melawan Belanda.

Ketika Belanda pergi, bersepakat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maka kawasan di Indonesia disebut wilayah, artinya tinggalan para wali. Jadi, jika anda meneruskan agamanya, jangan lupa kita ditinggali wilayah. Inilah Nahdlatul Ulama, baik agama maupun wilayah, adalah satu kesatuan: NKRI Harga Mati.

Maka di mana di dunia ini, yang menyebut daerahnya dengan nama wilayah? Di dunia tidak ada yang bisa mengambil istilah: kullukum raa’in wa kullukum mas uulun ‘an ra’iyatih ; bahwa Rasulullah mengajarkan hidup di dunia dalam kekuasaan ada sesuatu yaitu pertanggungjawaban.

Dan yang bertanggungjawab dan dipertanggung jawabkan disebut ra’iyyah. Hanya Indonesia yang menyebut penduduknya dengan sebutan ra’iyyah atau rakyat. Begini kok banyak yang bilang tidak Islam.

Nah, sistem perjuangan seperti ini diteruskan oleh para ulama Indonesia. Orang-orang yang meneruskan sistem para wali ini, dzaahiran wa baatinan, akhirnya mendirikan sebuah organisasi yang dikenal dengan nama Jam’iyyah Nahdlatul Ulama.

Kenapa kok bernama Nahdlatul Ulama. Dan kenapa yang menyelamatkan Indonesia kok Nahdlatul Ulama? Karena diberi nama Nahdlatul Ulama. Nama inilah yang menyelamatkan. Sebab dengan nama Nahdlatul Ulama, orang tahu kedudukannya: bahwa kita hari ini, kedudukannya hanya muridnya ulama.

Meski, nama ini tidak gagah. KH. Ahmad Dahlah menamai organisasinya Muhammadiyyah: pengikut Nabi Muhammad, gagah. Ada lagi organisasi, namanya Syarekat Islam, gagah. Yang baru ada Majelis Tafsir Alquran, gagah namanya. Lha ini “hanya” Nahdlatul Ulama. Padahal ulama kalau di desa juga ada yang hutang rokok.

Tapi Nahdlatul Ulama ini yang menyelamatkan, sebab kedudukan kita hari ini hanya muridnya ulama. Yang membawa Islam itu Kanjeng Nabi. Murid Nabi namanya Sahabat. Murid sahabat namanya tabi’in . Tabi’in bukan ashhabus-shahabat , tetapi tabi’in , maknanya pengikut.

Murid Tabi’in namanya tabi’it-tabi’in , pengikutnya pengikut. Muridnya tabi’it-tabi’in namanya tabi’it-tabi’it-tabi’in , pengikutnya pengikutnya pengikut. Lha kalau kita semua ini namanya apa? Kita muridnya KH Hasyim Asy’ari.

Lha KH Hasyim Asy’ari hanya muridnya Kiai Asyari. Kiai Asyari mengikuti gurunya, namanya Kiai Usman. Kiai Usman mengikuti gurunya namanya Kiai Khoiron, Purwodadi (Mbah Gareng). Kiai Khoiron murid Kiai Abdul Halim, Boyolali.

Mbah Abdul Halim murid Kiai Abdul Wahid. Mbah Abdul Wahid itu murid Mbah Sufyan. Mbah Sufyan murid Mbah Jabbar, Tuban. Mbah Jabbar murid Mbah Abdur Rahman, murid Pangeran Sambuh, murid Pangeran Benowo, murid Mbah Tjokrojoyo, Sunan Geseng.

Sunan Geseng hanya murid Sunan Kalijaga, murid Sunan Bonang, murid Sunan Ampel, murid Mbah Ibrahim Asmoroqondi, murid Syekh Jumadil Kubro, murid Sayyid Ahmad, murid Sayyid Ahmad Jalaludin, murid Sayyid Abdul Malik, murid Sayyid Alawi Ammil Faqih, murid Syekh Ahmad Shohib Mirbath.

Kemudian murid Sayyid Ali Kholiq Qosam, murid Sayyid Alwi, murid Sayyid Muhammad, murid Sayyid Alwi, murid Sayyid Ahmad Al-Muhajir, murid Sayyid Isa An-Naquib, murid Sayyid Ubaidillah, murid Sayyid Muhammad, murid Sayyid Ali Uraidi, murid Sayyid Ja’far Shodiq, murid Sayyid Musa Kadzim, murid Sayyid Muhammad Baqir. Sayyid Muhammad Baqir hanya murid Sayyid Zaenal Abidin, murid Sayyidina Hasan – Husain, murid Sayiidina Ali karramallahu wajhah . Nah, ini yang baru muridnya Rasulullah saw.

Kalau begini nama kita apa? Namanya ya tabiit-tabiit-tabiit-tabiit-tabiit-tabiit…, yang panjang sekali. Maka cara mengajarkannya juga tidak sama. Inilah yang harus difahami.

Rasulullah itu muridnya bernama sahabat, tidak diajari menulis Alquran. Maka tidak ada mushaf
Alquran di jaman Rasulullah dan para sahabat. Tetapi ketika sahabat ditinggal wafat Rasulullah, mereka menulis Alquran.

Untuk siapa? Untuk para tabi’in yang tidak bertemu Alquran. Maka ditulislah Alquran di jaman Sayyidina Umar dan Sayyidina Utsman.
Tetapi begitu para sahabat wafat,
tabi’in harus mengajari dibawahnya.

Mushaf Alquran yang ditulis sahabat terlalu tinggi, hurufnya rumit tidak bisa dibaca. Maka pada tahun 65 hijriyyah diberi tanda “titik” oleh Imam Abu al-Aswad ad-Duali, agar supaya bisa dibaca.

Tabiin wafat, tabi’it tabi’in mengajarkan yang dibawahnya. Titik tidak cukup, kemudian diberi “harakat” oleh Syekh Kholil bin Ahmad al-Farahidi, guru dari Imam Sibawaih, pada tahun 150 hijriyyah.

Kemudian Islam semakin menyebar ke penjuru negeri, sehingga Alquran semakin dibaca oleh banyak orang dari berbagai suku dan ras. Orang Andalusia diajari “ Waddluha” keluarnya “ Waddluhe”.

Orang Turki diajari “ Mustaqiim” keluarnya “ Mustaqiin”. Orang Padang, Sumatera Barat, diajari “ Lakanuud ” keluarnya “ Lekenuuik ”. Orang Sunda diajari “ Alladziina ” keluarnya “ Alat Zina ”.

Di Jawa diajari “ Alhamdu” jadinya “ Alkamdu ”, karena punyanya ha na ca ra ka . Diajari “ Ya Hayyu Ya Qayyum ” keluarnya “ Yo Kayuku Yo Kayumu ”. Diajari “ Rabbil ‘Aalamin ” keluarnya “ Robbil Ngaalamin” karena punyanya ma ga ba tha nga.

Orang Jawa tidak punya huruf “ Dlot ” punyanya “ La ”, maka “ Ramadlan ” jadi “ Ramelan ”. Orang Bali disuruh membunyikan “ Shiraathal…” bunyinya “ Sirotholladzina an’amtha ‘alaihim ghairil magedu bi’alaihim waladthoilliin ”. Di Sulawesi, “’ Alaihim” keluarnya “’ Alaihing ”.

Karena perbedaan logat lidah ini, maka pada tahun 250 hijriyyah, seorang ulama berinisiatif menyusun Ilmu Tajwid fi Qiraatil Quran , namanya Abu Ubaid bin Qasim bin Salam.
Ini yang kadang orang tidak paham pangkat dan tingkatan kita. Makanya tidak usah pada ribut.

Murid ulama itu beda dengan murid Rasulullah. Murid Rasulullah, ketika dzikir dan diam, hatinya “online” langsung kepada Allah SWT. Kalau kita semua dzikir dan diam, malah jadinya tidur.
Maka disini, di Nusantara ini, jangan heran.

Ibadah Haji, kalau orang Arab langsung lari ke Ka’bah. Muridnya ulama dibangunkan Ka’bah palsu di alun-alun, dari triplek atau kardus, namanya manasik haji. Nanti ketika hendak berangkat haji diantar orang se-kampung.

Yang mau haji diantar ke asrama haji, yang mengantar pulangnya belok ke kebun binatang. Ini cara pembelajaran. Ini sudah murid ulama. Inilah yang orang belajar sekarang: kenapa Islam di Indonesia, Nahdlatul Ulama selamat, sebab mengajari manusia sesuai dengan hukum pelajarannya ulama.

Anda sekalian disuruh dzikir di rumah, takkan mau dzikir, karena muridnya ulama. Lha wong dikumpulkan saja lama kelamaan tidur. Ini makanya murid ulama dikumpulkan, di ajak berdzikir.

Begitu tidur, matanya tidak dzikir, mulutnya tidak dzikir, tetapi, pantat yang duduk di majelis dzikir, tetap dzikir. Nantinya, di akhirat ketika
“wa tasyhadu arjuluhum ,” ada saksinya.
Orang disini, ketika disuruh membaca Alquran, tidak semua dapat membaca Alquran. Maka diadakan semaan Alquran.

Mulut tidak bisa membaca, mata tidak bisa membaca, tetapi telinga bisa mendengarkan lantunan Alquran. Begitu dihisab mulutnya kosong, matanya kosong, di telinga ada Alqurannya.

Maka, jika bukan orang Indonesia, takkan mengerti Islam Indonesia. Mereka tidak paham, oleh karena, seakan-akan, para ulama dulu tidak serius dalam menanam. Sahadatain jadi sekaten. Kalimah sahadat jadi kalimosodo. Ya Hayyu Ya Qayyum jadi Yo Kayuku Yo Kayumu.

Ini terkesan ulama dahulu tidak ‘alim. Ibarat pedagang, seperti pengecer. Tetapi, lima ratus tahun kemudian tumbuh subur menjadi Islam Indonesia. Jamaah haji terbanyak dari Indonesia. Orang shalat terbanyak dari Indonesia. Orang membaca Alquran terbanyak dari Indonesia.

Dan Islam yang datang belakangan ini gayanya seperti grosir: islam kaaffah, begitu diikuti, mencuri sapi. Dilihat dari sini, saya meminta, Tentara Nasional Indonesia, Polisi Republik Indonesia, jangan sekali-kali mencurigai Nahdlatul Ulama menanamkan benih teroris.

Teroris tidak mungkin tumbuh dari Nahdlatul Ulama, karena Nahdlatul Ulama lahir dari Bangsa Indonesia. Tidak ada ceritanya Banser kok ngebom disini, sungkan dengan makam gurunya. Mau ngebom di Tuban, tidak enak dengan Mbah Sunan Bonang.

Saya yang menjamin. Ini pernah saya katakan kepada Panglima TNI. Maka, anda lihat teroris di seluruh Indonesia, tidak ada satupun anak warga jamiyyah Nahdlatul Ulama. Maka, Nahdlatul Ulama hari ini menjadi organisasi terbesar di dunia.

Dari Muktamar Makassar jamaahnya sekitar 80 juta, sekarang di kisaran 120 juta. Yang lain dari 20 juta turun menjadi 15 juta. Kita santai saja. Lama-lama mereka tidak kuat, seluruh tubuh kok ditutup kecuali matanya. Ya kalau pas jualan tahu, lha kalau pas nderep di sawah bagaimana. Jadi kita santai saja. Kita tidak pernah melupakan sanad, urut-urutan, karena itu cara Nahdlatul Ulama agar tidak keliru dalam mengikuti ajaran Rasulullah Muhammad saw.


--------
Tulisan ini adalah resume ceramah Kiai Ahmad/ Muwaffiq (PWNU DIY)

Jangan Lupakan Konflik Yaman! #SaveYaman


Janganlah lengah. Konflik di Rohingnya tetap terus kita kawal agar tercipta keamanan dan kesejahteraan disana. Namun juga jangan lupa, umat manusia juga punya PR besar terhadap tertindasnya saudara lainnya di 'Negerinya Para Habaib', Yaman. Kita semua berkomitmen bahwa kekerasan dan kedzaliman diatas bumi ini adalah musuh bersama.

Bagaimana kabar mereka sekarang ?

**Ini Dia Data Baru Kejahatan Arab Saudi di Yaman

Kejahatan Saudi di Yaman dan Kegagalan Rezim Al Saud

Kementerian HAM Yaman mengatakan bahwa perang dan blokade lebih lanjut oleh Arab Saudi menyebabkan 247.000 warga Yaman meninggal dunia.

Koran al-Akhbar Lebanon melaporkan, Deputi Menteri HAM Yaman, Ali Taisser menuturkan, pembantaian rakyat Yaman terus berlanjut di tengah kebisuan masyarakat dunia.

"Blokade Yaman oleh koalisi pimpinan Saudi menyebabkan tidak adanya obat-obatan, penyebaran berbagai penyakit infeksi seperti tifus dan kolera serta malnutrisi," ujarnya.

Taisser menerangkan bahwa lebih dari 10.000 pasien meninggal dunia akibat penutupan bandara di ibukota Yaman, Sana'a. Sebanyak 75.000 warga juga terbaring sakit dan mereka harus dirujuk ke luar negeri untuk perawatan.

Sementara itu, Menteri HAM Yaman Alya Faisal Abdullatif mengatakan, kejahatan Saudi di daerah Attan pekan lalu menggugurkan 16 warga Yaman termasuk 8 anak-anak.

"Sama sekali tidak beralasan serangan jet-jet tempur Saudi ke daerah pemukiman, penutupan bandara Sana'a dan larangan pengiriman bantuan kemanusiaan dan peralatan medis ke Yaman," tegasnya.

Menurut data Kementerian HAM Yaman, serangan Arab Saudi sejak tahun 2015 secara langsung menggugurkan 10.373 warga Yaman termasuk 2.130 anak-anak dan 813 perempuan.

Menteri Negara untuk Dialog dan Rekonsiliasi Nasional Yaman, Ahmad al-Qana memuji peran Kementerian HAM dalam memantau pelanggaran dan kejahatan koalisi pimpinan Saudi.

Sementara itu, perwakilan Organisasi Buruh Internasional di Yaman, Ali Dahaq mengatakan, pemboman rumah-rumah di daerah Attan dan penargetan Hotel Arhab termasuk dalam serangkaian pelanggaran hukum internasional dan kemanusiaan. (RM)

**Jejak Kejahatan Perang Sadis Saudi dan Koalisinya di Yaman

Pada 26 Maret 2015, dengan dalih membawa kembali legitimasi ke Yaman, mantan Presiden keluar Abd-Rabbo Mansour Hadi, yang melarikan diri ke Riyadh, meminta intervensi militer untuk “kembali memaksakan otoritas dan legitimasi” dari apa yang mereka sebut agresi Houthi. (Baca juga: Realitas Kejahatan Saudi, PBB dan Dunia Atas Rakyat Yaman)

Hal diatas adalah menurut apa yang dikatakan oleh kalangan pengambilan keputusan di Arab Saudi, dan diterbitkan oleh kantor berita Saudi, mengutip kata-kata Hadi yang ditujukan kepada para pemimpin Dewan kerjasama Teluk, tanggal 24 Maret 2015. Hadi, dalam pesannya menuntut campur tangan cepat untuk menyelamatkan apa yang disebutnya situasi tragis yang dialami oleh Yaman.
Presiden di pengasingan itu juga meminta dalam pesan yang diterbitkan oleh badan berita Saudi untuk menyediakan semua sarana yang diperlukan dan langkah-langkah dukungan, termasuk intervensi militer.

 kejahatan-seranga-saudi-di-yaman anak-yaman Saudi Bombardir Rumah Sakit Pasca Habisi Anak-anak di Sekolah Yaman perang-yaman-dan-wasiat-raja-saudi wajah-brutal-arab-saudi-di-yaman potret-kebiadaban-saudi-di-yaman Pembantaian Nyata Saudi Atas Rakyat Yaman perang-yaman-bukan-perang-sektarian
Sementara, mantan Presiden Hadi mengakui selama wawancara dengan Abu Dhabi TV, tanggal 6 Januari, 2016, bahwa ia tidak pernah tahu tentang operasi “Badai Tegas”, ia diberitahu tentang apa yang terjadi di kota Ghaida saat akan menuju Oman. Semua itu, setelah Amerika mengatakan bahwa tidak ada yang akan melakukan intervensi militer dalam urusan Yaman, bertentangan dengan pengumuman yang dibuat oleh Pemerintah Arab Saudi bahwa operasi militer merupakan tanggapan terhadap permintaan Hadi. (Baca juga: Tuhan Tampakkan Wajah Sadis Kerajaan Saudi di Yaman)

Sejak itu dan sampai saat ini ribuan serangan udara Saudi menyerang berbagai daerah yang berbeda di gubernuran yang berbeda di Yaman, tidak hanya sasaran militer, tetapi segala sesuatu di Yaman, tidak perduli apakah mereka adalah orang-orang yang tidak bersalah atau bahkan binatang ternak.
Konstruktor, pemerintah, kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas ekonomi dan infrastruktur, jembatan, jalan, bandara, pelabuhan, stasiun listrik, sistem air, sanitasi dan toko makanan, lengkap dengan secara langsung menargetkan perumahan dan lingkungan warga sipil.

Ratusan kejahatan paling keji dan pembantaian terhadap orang tak berdosa di rumah-rumah mereka, pasar, pernikahan, pemakaman, dan bahkan lokasi pengungsian, terus dilakukan Kerajaan Arab Saudi tanpa henti.
Menurut statistik terbaru memgenai jumlah korban yang tidak bersalah oleh Pusat Hukum HAM –dan Anggota dari aliansi sipil untuk observasi dan dokumentasi kejahatan agresi di Sana’a, pada 1 Januari 2016, hasil awal dari 560 hari agresi adalah 10.562 korban tewas, yang 2397 dari mereka adalah anak-anak. 18.508 korban luka-luka, 2.201 dari mereka adalah anak-anak dan 1.809 perempuan.

**Bungkamnya Dunia Atas Kejahatan Saudi dan Koalisi Baratnta di Yaman

Sementara itu, situasi kemanusiaan Yaman terus memburuk karena blokade ekonomi mencekik, yang menyebabkan kekurangan sejumlah besar bahan pokok seperti makanan, obat-obatan dan bahan bakar. Meskipun semua itu, yang paling sangat menyakiti rasa keadilan adalah karena kegagalan Dewan HAM PBB dalam membentuk sebuah komite untuk menyelidiki pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan oleh koalisi Saudi terhadap warga sipil di Yaman. Sebaliknya, dewan mengadopsi keputusan yang buruk yang diberikan oleh Arab Saudi tanpa menyebutkan apa yang telah Saudi dan sekutunya lakukan dalam kejahatan, pembantaian dan pelanggaran terhadap warga sipil. (Baca juga: Hilangnya Kemanusiaan Koalisi Saudi dan Media Atas Rakyat Yaman)

**Agresi di Yaman dari perspektif hukum Internasional

Melalui studi pembenaran yang dikemukakan oleh Arab Saudi dan sekutunya dalam melancarkan agresi mereka di Yaman adalah (sebagai ekspresi) berdasarkan permintaan resmi dari buronan, mantan presiden Abd-Rabbo Mansour Hadi. Dilihat dari hukum internasional, agresi ini adalah jelas melanggar hukum internasional dan bertentangan dengan bukti teks, dalam asas (4) Pasal (2) Piagam PBB, yang melarang penggunaan kekuatan dalam hubungan antar negara dan berbunyi sebagai berikut:

Bahwa negara anggota harus menjauhkan diri dari penggunaan ancaman dan kekerasan terhadap integritas wilayah atau kemerdekaan politik suatu negara lain, atau dengan cara lain yang tidak sesuai dengan tujuan PBB. Asas ini merupakan pelengkap dari asas ketiga yang mendorong negara untuk menyelesaikan sengketanya secara damai.

Tambahan lagi, Piagam PBB memutuskan pada asas (7) dari artikel yang sama (2) bahwa:

“Perserikatan bangsa-bangsa dilarang untuk mencampuri urusan yang pada hakikatnya merupakan urusan dalam negeri suatu negara. Negara anggota tidak diharuskan untuk menyelesaikan urusan dalam negerinya sesuai dengan ketentuan piagam. Asas ini juga dapat digunakan sebagai perisai, misalnya apabila terdapat tuduhan adanya pelanggaran hak-hak asasi dalam suatu negara. Akan tetapi, berlakunya asas ini dibatasi oleh tindakan pemaksaan yang ditetapkan oleh Dewan Keamanan sebagaimana yang diatur dalam Bab VII”. (Baca juga: Foreign Policy: Perang Yaman Hasil Kebijakan Paranoid Saudi)

Berarti bab ini memberi kewenangan kepada hanya dan hanya Dewan Keamanan untuk mengambil tindakan represif, Sementara Dewan Keamanan belum mengeluarkan keputusan apapun yang membutuhkan kampanye militer terhadap Yaman atau serangan udara militer secara langsung di Yaman.
Karena operasi militer dan serangan udara yang dilakukan Saudi dilakukan tanpa persetujuan PBB, maka itu adalah agresi keji pada kedaulatan wilayah Yaman dan hal itu memberikan orang-orang Yaman hak untuk menggunakan hak sah mereka, yang dijamin di bawah hukum internasional untuk membela diri.

Selain itu, semua pembenaran yang diklaim oleh koalisi Saudi dukungan Amerika tentang legitimasi, atau alasan mendukung kepentingan rakyat Yaman, atau membela keamanan sendiri, adalah semacam omong kosong.
Karena, orang-orang Yaman tidak pernah mengancam keamanan tetangga mereka, selain itu, tidak ada orang waras yang akan mempertimbangkan bahwa membunuh & menghancurkan, menyebabkan pengungsian, dan pengepungan, dapat membawa kepentingan apapun bagi orang-orang Yaman.

**Diamnya dunia meningkatkan kebrutalan agresi Saudi-AS

Serangan udara Pertama Amerika-Saudi, menargetkan lingkungan “bani Hawwat”, yang merupakan lingkungan perumahan penuh sesak dengan warga, di ibukota Sanaa, menewaskan 29 orang, termasuk 15 anak-anak, 5 perempuan. Serangan itu juga melukai 42 warga sipil, termasuk 13 anak-anak dan 4 wanita.

Mereka adalah korban dari serangan udara Saudi pertama, sekarang ada ribuan serangan udara yang menargetkan warga sipil tak berdosa syang dilakukan dengan sengaja. Dunia harus menyadari luasnya kebrutalan dan kriminalitas koalisi pimpinan ini Saudi-UEA dukungan AS-Inggris ini.

**Dua puluh pembantaian brutal yang dilakukan oleh negara-negara koalisi

Kami akan menyebutkan dua puluh pembantaian brutal yang dilakukan oleh negara-negara koalisi yang menggunakan serangan udara barbar biadab mereka terhadap orang-orang Yaman. Ini adalah hanya sebagian kecil dari serangkaian kejahatan dan pembantaian yang memenuhi daftar dalam arsip dari pusat pemantauan dan dokumentasi:

 Jasad Anak Kecil Yaman yaman 2415 anak Yaman tewas dalam 16 bulan serangan saudi ke yaman karikatur_perang_Yaman Perang_Yaman_0010 Perang_Yaman_009 Kekejaman Saudi Kepada anak-anak Yaman Perang_Yaman Potret_Kelaparan_Di_Yaman
1. (31 Maret 2015) Sekitar 40 pengungsi Yaman tewas, & lebih dari 200 lainnya terluka, dalam pembantaian yang dilakukan oleh jet tempur agresi Saudi-AS terhadap para pengungsi yang berkumpul di kamp Al Mazrak, di provinsi Hajjah, distrik Harad.

2. (1 April 2015) 38 pekerja tewas & 80 lainnya terluka dalam pembantaian yang dilakukan oleh jet tempur agresi AS-Saudi terhadap para pekerja di pabrik susu, provinsi Hodeidah.

3. (30 Juni 2015) 92 warga sipil tewas & sekitar 300 lainnya luka-luka dalam pembantaian mengerikan yang dilakukan oleh jet tempur agresi AS-Saudi menggunakan bom panas yang dilarang secara internasional di “daerah fag-Attan di ibukota Sanaa.

4. (28September 2015) hampir 130 warga sipil tewas & lebih banyak lainnya terluka dalam pembantaian mengerikan yang dilakukan oleh jet tempur agresi Saudi-AS dalam sebuah perayaan pernikahan di direktorat Thobab, provinsi Taiz.

5. (21September 2015) 25 warga sipil dari satu keluarga tewas dalam pembantaian mengerikan yang dilakukan oleh jet tempur agresi Saudi yang menargetkan keluarga ” Al-Kokabani” di lingkungan perumahan AL-hasaba, ibu kota Sanaa.

6. (7September 2015) 18 warga sipil tewas & sekitar 40 lainnya luka-luka dalam pembantaian yang dilakukan oleh jet tempur agresi Saudi AS terhadap warga sipil di lingkungan Al-Derm, kota Yarim, provinsi Ibb.

7. (6 September 2015) 27 warga sipil tewas & 53 lainnya luka-luka dalam pembantaian yang dilakukan oleh jet tempur agresi Saudi dukungan AS terhadap tenda pemakaman di daerah AL-gayah, persimpangan AL-yatmah, provinsi Jawf.

8. (8 Oktober 2015) 30 warga sipil tewas & sekitar lebih dari 200 terluka dalam pembantaian mengerikan yang dilakukan oleh jet tempur agresi Saudi terhadap warga sipil di pernikahan yang diselenggarakan di Kabupaten Senban, provinsi Dhamar.

9. (22 Oktober 2015), lebih dari 200 nelayan Yaman tewas & terluka dalam pembantaian brutal mengejutkan yang dilakukan oleh jet tempur agresi Saudi-AS terhadap para nelayan di pulau Okban, Provinsi Hodeida.

10. (19 November, 2015) sekitar 120 warga sipil tewas & puluhan terluka dalam pembantaian biadab mengejutkan yang dilakukan oleh jet tempur agresi Saudi-AS terhadap kota para pekerja listrik di kota Mokha, gubernuran Taiz.

11. (20 Januari 2016) 12 siswa & guru mereka tewas dalam pembantaian yang dilakukan oleh jet tempur agresi Saudi-AS yang menargetkan sekolah anak yatim di lingkungan AL-Hrir, provinsi Taiz.

12. (21 Januari 2016) 18 warga sipil tewas & puluhan lainnya terluka dalam pembantaian brutal yang dilakukan oleh jet tempur agresi Saudi-AS terhadap para pekerja di fasilitas minyak Ras-Isa, provinsi Hodeidah.

13. (26 Januari 2016) Hakim Yahya robid tewas bersama dengan delapan anggota keluarganya dalam pembantaian yang dilakukan oleh jet tempur agresi Saudi-AS di ibukota Yaman, Sanaa.

14. (30 Januari 2016) 13 warga sipil termasuk perempuan & anak-anak tewas dalam pembantaian yang dilakukan oleh jet tempur agresi Saudi-AS, yang menargetkan rumah-rumah sipil di desa AL-Maghsl, distrik Haydan, provinsi saada.

15. (21 Februari 2016) 30 warga tewas & terluka, dalam pembantaian yang dilakukan oleh jet tempur agresi Saudi-AS yang menargetkan rumah-rumah penduduk di desa Direktorat Ghfrh Al Dhaher, provinsi Saada.

16. (28 Februari 2016) sekitar 41 warga sipil tewas, termasuk sembilan anak-anak, dan puluhan lainnya terluka dalam pembantaian yang dilakukan oleh jet tempur agresi Saudi AS terhadap warga sipil di pasar Khalqh, distrik Nihm, provinsi Sana’a.

17. (1 Maret 2016) 10 tewas & sekitar 20 orang terluka dalam pembantaian yang dilakukan oleh jet tempur agresi Saudi-AS terhadap warga sipil di daerah Alehimh, provinsi Sana’a.

18. (15 Maret 2016) 117 warga sipil tewas, termasuk 25 anak-anak, & lebih dari 20 terluka dalam salah satu pembantaian paling brutal yang pernah dilakukan oleh jet tempur agresi Saudi-AS, yang membombardir pasar rakyat di Direktorat Mstba, provinsi Hajjah.

19. (21September 2016) 26 warga sipil, termasuk 4 wanita & 5 anak-anak tewas, lebih dari 54 luka-luka, termasuk 17 wanita & 7 anak-anak, dalam serangan udara yang dilakukan oleh jet tempur agresi Saudi terhadap distrik pasar India, provinsi Hodeidah.

20. (8 Oktober 2016) 170 warga sipil tewas dan lebih dari 500 terluka dalam apa yang disebut-sebut serangan paling mengerikan, palingkejam, paling berdarah dan kriminalitas kejahatan perang sampai sekarang – meskipun ada beberapa kejahatan yang telah dilakukan setelahnya yang dilakukan oleh jet tempur agresi Saudi, yang membom sebuah aula pemakaman di ibukota, Sanaa.

Berbagai pembantaian Biadab, Brutal, mengejutkan ini jika dilihat lebih dekat melalui tempat-tempat yang telah ditargetkan, yang bervariasi antara lingkungan padat penduduk, pasar, kamp-kamp pengungsi, sekolah, pabrik, fasilitas sipil, dan perayaan pernikahan bahkan hingga upacara dalam ruang pemakaman, menegaskan tanpa keraguan, bahwa koalisi pimpinan Saudi – UEA dukungan AS – Inggris telah melakukan pembunuhan dan genosida terhadap seluruh rakyat Yaman dalam cara yang direncanakan dan disengaja. (ARN)

http://parstoday.com/id/news/middle_east-i43717-ini_dia_data_baru_kejahatan_arab_saudi_di_yaman

https://arrahmahnews.com/2017/01/07/inilah-wajah-brutal-arab-saudi-di-yaman/

http://www.salafynews.com/perang-barbar-saudi-di-yaman-hanya-ciptakan-kehancuran-islam.html

https://arrahmahnews.com/2017/01/28/ekslusif-jejak-kejahatan-perang-sadis-saudi-dan-koalisinya-di-yaman/

https://arrahmahnews.com/2015/04/24/ini-foto-foto-korban-kejahatan-saudi-ala-zionis-di-yaman/

http://internasional.kompas.com/read/2017/03/23/12060391/dua.tahun.perang.yaman.7.700.tewas.dan.42.500.terluka

https://international.sindonews.com/read/1238024/42/hrw-saudi-cs-tak-bisa-klaim-bertangan-bersih-atas-serangan-di-yaman-1504909719

https://www.voaindonesia.com/a/hrw-kecam-serangan-saudi-atas-sipil-di-yaman-/3783121.html

Biadab nya ISIS : Bocah Belasan Tahun Asal Indonesia itu Kini Tewas di Suriah Karena Ingin Mengikuti Jejak ISIS



Sayang sekali. Andai dia dididik dengan benar, bisa jadi dia akan menjadi direktur yg membuka lapangan pekerjaan untuk orang banyak, atau guru yg bisa mendidik orang menjadi pintar, atau bahkan bisa menjadi seorang presiden yg mampu memimpin negaranya dengan baik.

Untuk itu pesan kami kepada seluruh orang tua yg ada di Indonesia. Bekali lah anak anda dengan ilmu agama yg benar.  Betul - betul lah dalam memilih sekolah untuk anak. Cek latber sekolah serta guru - guru dan bahan ajarnya. Tak apalah jikalau sedikit butuh tenaga ekstra untuk si buah hati daripada masa depan anak dijadikan tumbal untuk kepentinga teroris yg tak punya hati. Dan yg terakhir, tanamkan rasa cinta anak anda kepada Tanah air. Ajarkan untuk selalu mempraktekan nilai - nilai luhur yg ada di batang tubuh Pancasila dengan sebenar - benarnya. Maka, selain memiliki ilmu agama yg mumpuni anak anda juga akan memiliki jiwa nasionalisme yg tinggi hingga terbentuklah seorang manusia yg benar - benar "habblum minallah, wa habblum minannas".

***

Hatf Saiful Rasul, berpose dengan senjata laras panjang ketika ikut berperang bersama kelompok militan Negara Islam (ISIS) di Suriah sebelum kematiannya pada 1 September 2017. Bocah asal Indonesia ini meninggal dunia ketika usianya baru menginjak 12 tahun. Kantor berita Reuters mencatat, Hatf termasuk 12 jihadis Indonesia dari pondok pesantren Ibnu Mas'ud yang mencoba pergi ke Suriah pada 2015 lalu. Delapan adalah guru, sisanya santri.

MABOK DOGMA, ANAK JADI TUMBAL

Hatf Saiful Rasul, berpose dengan senjata laras panjang ketika ikut berperang bersama kelompok militan Negara Islam (ISIS) di Suriah sebelum kematiannya pada 1 September 2017. Bocah asal Indonesia ini meninggal dunia ketika usianya baru menginjak 12 tahun.

Kantor berita Reuters mencatat, Hatf termasuk 12 jihadis Indonesia dari pondok pesantren Ibnu Mas'ud yang mencoba pergi ke Suriah pada 2015 lalu. Pesantren Ibnu Mas'ud sejak lama dikenal sebagai wadah radikalisasi dan tempat persembunyian tersangka teroris. Pada Agustus lalu, salah seorang pengajarnya ditangkap polisi karena membakar umbul-umbul merah putih.

Hatf ini merupakan anak dari Syaiful Anam alias Brekele yg merupakan terpidana pemboman pasar Tentena, Poso. Dia sudah divonis 18 tahun penjara. Link: https://m.detik.com/news/berita/861125/brekele-divonis-18-tahun-penjara. Dan Hatf berangkat ke Suriah atas izin ayahnya.

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10213894783824973&id=1270050782

https://m.merdeka.com/foto/peristiwa/884472/20170908011016-ini-bocah-indonesia-yang-tewas-di-suriah-saat-perang-bersama-isis-001-nfi.html

http://m.tribunnews.com/internasional/2017/09/09/jadi-militan-isis-bocah-11-tahun-asal-indonesia-ini-tewas-terkena-ledakan-bom

https://m.tempo.co/read/beritafoto/55094/jadi-militan-isis-bocah-indonesia-ini-tewas-di-suriah?FotoUtama&campaign=FotoUtama_Click_13

http://www.muslimoderat.net/2017/09/jadi-militan-isis-bocah-indonesia-ini.html?m=1

http://m.dw.com/id/kisah-bocah-bernama-hatf-dan-pesantren-teror-di-bogor/a-40392125#fromDesktop&xtref=http%3A%2F%2Fwww.dw.com%2Fid%2Fkisah-bocah-bernama-hatf-dan-pesantren-teror-di-bogor%2Fa-40392125

http://pojoksatu.id/news/internasional/2017/09/09/6-fakta-hatf-saiful-rasul-santri-11-tahun-yang-gabung-dengan-isis-dan-tewas-di-suriah/

Media luar :

https://www.reuters.com/article/us-indonesia-militants-school-insight/indonesian-school-a-launchpad-for-child-fighters-in-syrias-islamic-state-idUSKCN1BI0A7



Pagar Nusa Kota Banjarmasin

Meningkatnya ancaman terrorisme dan radikalisme di Indonesia sekarang membuat kesadaran masyarakat akan pentingnya membela diri juga meningkat. Salah satu cara untuk membela diri yg sangat baik ialah Pencak Silat.

Pagar Nusa. Yang menjadi banom bela dirinya NU yang sudah sejak lama membela agama dan bangsa ini dari orang - orang yg berniat tidak baik mulai terangkat kembali namanya seiring berjalanya waktu. Tiap daerah kini giat menggalakkan Pencak Silat ini. Tak terkecuali didaerah Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Di "Sensei" oleh seorang yg sudah malang melintang didunia persilatan Pagar Nusa, yg sudah banyak makan asam garam latihan fisik dan mental di tanah jawa, bahkan langsung ke tempat pendirinya berada (alm) KH. Ali Maksum Djauhari. Ya dia adalah Kang Bagus biasa dipanggil. Selain menjabat sebagai ketua Pagar Nusa Kalsel. Beliau juga seorang anggota Banser Kota Banjarmasin.





Sudah kurang lebih 1 bulan setengah latihan Pagar Nusa ini diadakan. Bertempat di gedung Dakwah NU Kalsel Jl. A. Yani Km 12 tiap malam rabu dan malam minggu jam 20.30 sampai selesai. Para calon warga pagar nusa begitu giatnya mengikuti tiap sesi latihan.

Latihan dibungkus dengan sangat kekeluargaan dan santai namun tetap serius dalam mempelajari tiap tehniknya. Selain sebagai pembekalan diri, pencak silat Pagar Nusa ini juga sangat berguna untuk membentuk jiwa raga yg sehat.



Maka dari itu, Pagar Nusa Kota Banjarmasin mengundang kawan - kawan sekalian untuk ikut bergabung dalam perguruan ini. Bergabung untuk membela agama dan bangsa dengan Pencak Silat warisan para ulama. Jadwal bisa dilihat pada paragrap diatas, jgn malu. Datang langsung dan tancap gas. Oke ?

Nah ini nomer CP yg bisa dihubungi :
+6282298473452 (Azi, Ketua Kelas Pagar Nusa Kota Banjarmasin)

Aswaja An Nahdliyyah : Aswaja 3 T + I

Karakter Tawassuth, Tawazun, Tasamuh dan I'tidal dalam Aswaja

Ada tiga ciri utama ajaran Ahlussunnah wal Jamaah atau kita sebut dengan Aswaja yang selalu diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya:

Pertama, at-tawassuth atau sikap tengah-tengah, sedang-sedang, tidak ekstrim kiri ataupun ekstrim kanan. Ini disarikan dari firman Allah SWT:

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطاً لِّتَكُونُواْ شُهَدَاء عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيداً
<>

Dan demikianlah kami jadikan kamu sekalian (umat Islam) umat pertengahan (adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) manusia umumnya dan supaya Allah SWT menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) kamu sekalian. (QS al-Baqarah: 143).

Kedua at-tawazun atau seimbang dalam segala hal, terrnasuk dalam penggunaan dalil 'aqli (dalil yang bersumber dari akal pikiran rasional) dan dalil naqli (bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits). Firman Allah SWT:

لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ

Sunguh kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti kebenaran yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka al-kitab dan neraca (penimbang keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. (QS al-Hadid: 25)

Ketiga, tasamuh atau toleransi. Yakni menghargai perbedaan serta menghormati orang yang memiliki prinsip hidup yang tidak sama. Namun bukan berarti mengakui atau membenarkan keyakinan yang berbeda tersebut dalam meneguhkan apa yang diyakini. Firman Allah SWT:

فَقُولَا لَهُ قَوْلاً لَّيِّناً لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى

Maka berbicaralah kamu berdua (Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS) kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata yang lemah lembut dan mudah-mudahan ia ingat dan takut. (QS. Thaha: 44)

Ayat ini berbicara tentang perintah Allah SWT kepada Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS agar berkata dan bersikap baik kepada Fir'aun. Al-Hafizh Ibnu Katsir (701-774 H/1302-1373 M) ketika menjabarkan ayat ini mengatakan, "Sesungguhnya dakwah Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS kepada Fir'aun adalah menggunakan perkataan yang penuh belas kasih, lembut, mudah dan ramah. Hal itu dilakukan supaya lebih menyentuh hati, lebih dapat diterima dan lebih berfaedah". (Tafsir al-Qur'anil 'Azhim, juz III hal 206).

Selain ketiga prinsip ini, golongan Ahlussunnah wal Jama'ah juga mengamalkan sikap al-i'tidal atau tegak lurus atau adil. Dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُونُواْ قَوَّامِينَ لِلّهِ شُهَدَاء بِالْقِسْطِ وَلاَ يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلاَّ تَعْدِلُواْ اعْدِلُواْ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُواْ اللّهَ إِنَّ اللّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu sekalian menjadi orang-orang yang tegak membela (kebenaran) karena Allah menjadi saksi (pengukur kebenaran) yang adil. Dan janganlah kebencian kamu pada suatu kaum menjadikan kamu berlaku tidak adil. Berbuat adillah karena keadilan itu lebih mendekatkan pada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, karena sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS al-Maidah: 8)

Dalam tataran praktis, sebagaimana dijelaskan KH Ahmad Shiddiq bahwa prinsip-prinsip ini dapat terwujudkan dalam beberapa hal sebagai berikut: (Lihat Khitthah Nahdliyah, hal 40-44)

1. Akidah.
a. Keseimbangan dalam penggunaan dalil 'aqli dan dalil naqli.
b. Memurnikan akidah dari pengaruh luar Islam.
c. Tidak gampang menilai salah atau menjatuhkan vonis syirik, bid'ah apalagi kafir.

2. Syari'ah
a. Berpegang teguh pada Al-Qur'an dan Hadits dengan menggunanakan metode yang dapat dipertanggung­jawabkan secara ilmiah.
b. Akal baru dapat digunakan pada masalah yang yang tidak ada nash yang je1as (sharih/qotht'i).
c. Dapat menerima perbedaan pendapat dalam menilai masalah yang memiliki dalil yang multi-interpretatif (zhanni).

3. Tashawwuf/ Akhlak
a. Tidak mencegah, bahkan menganjurkan usaha memperdalam penghayatan ajaran Islam, selama menggunakan cara-cara yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum Islam.
b. Mencegah sikap berlebihan (ghuluw) dalam menilai sesuatu.
c. Berpedoman kepada Akhlak yang luhur. Misalnya sikap syaja’ah atau berani (antara penakut dan ngawur atau sembrono), sikap tawadhu' (antara sombong dan rendah diri) dan sikap dermawan (antara kikir dan boros).

4. Pergaulan antar golongan
a. Mengakui watak manusia yang senang berkumpul dan berkelompok berdasarkan unsur pengikatnya masing-masing.
b. Mengembangkan toleransi kepada kelompok yang berbeda.
c. Pergaulan antar golongan harus atas dasar saling menghormati dan menghargai.
d. Bersikap tegas kepada pihak yang nyata-nyata memusuhi agama Islam.

5. Kehidupan bernegara
a. NKRI (Negara Kesatuan Republik Indanesia), Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan UUD 45 harus tetap dipertahankan karena merupakan kesepakatan seluruh komponen bangsa.
b. Selalu taat dan patuh kepada pemerintah dengan semua aturan yang dibuat, selama tidak bertentangan dengan ajaran agama.
c. Tidak melakukan pemberontakan atau kudeta kepada pemerintah yang sah.
d. Kalau terjadi penyimpangan dalam pemerintahan, maka mengingatkannya dengan cara yang baik.

6. Kebudayaan
a. Kebudayaan harus ditempatkan pada kedudukan yang wajar. Dinilai dan diukur dengan norma dan hukum agama.
b. Kebudayaan yang baik dan tidak bertentangan dengan agama dapat diterima, dari manapun datangnya. Sedangkan yang tidak baik harus ditinggal.
c. Dapat menerima budaya baru yang baik dan melestarikan budaya lama yang masih relevan (al-­muhafazhatu 'alal qadimis shalih wal akhdu bil jadidil ashlah).

7. Dakwah
a. Berdakwah bukan untuk menghukum atau memberikan vonis bersalah, tetapi mengajak masyarakat menuju jalan yang diridhai Allah SWT.
b. Berdakwah dilakukan dengan tujuan dan sasaran yang jelas.
c. Dakwah dilakukan dengan petunjuk yang baik dan keterangan yang jelas, disesuaikan dengan kondisi dan keadaan sasaran dakwah.

Nah aswaja seperti inilah yang dipraktekan oleh warga nahdliyyin (NU) dikehidupan sehari - hari mereka. Karena dengan aswaja seperti inilah, tidak hanya hubungan kita dengan Allah SWT saja yg terjaga dengan baik melainkan dengan sesama manusia pun juga begitu adanya.

Diambil dari tulisan KH. Muhyidin Abdusshomad
(Pengasuh Pesantren Nurul Islam, Ketua PCNU Jember) dengan penambahan redaksi serta pengeditan seperlunya.

GP ANSOR

Tak kenal maka tak sayang. Tapi ada juga yang sudah kenal maka belum sayang - sayang. Nah ini yang perlu kita benerin dulu. Banyak yang kenal GP Ansor, tapi hanya sebatas nama nya saja dan atribut nya. Namun tidak mengenal betul sejarah, visi misi dan tujuanya.

Baik untuk itu kita ulas sedikit tentang Gerakan Pemuda ini yang mana dari usia serta pengalamanya sebenarnya bukan lah seorang Pemuda lagi.

Urutanya begini, tinggal klik :

1. Apa itu GP Ansor
2. Sejarah GP Ansor
3. Visi Misi GP Ansor
4. Banser